Ziarahi Makam Kiai Sholeh Darat, Penggila Porkas Jadi Tobat

Ziarahi Makam Kiai Sholeh Darat, Penggila Porkas Jadi Tobat menjadi sajian menarik hari ini buat kalian yang memang sedang mencari informasi berhubungan dengan berita dengan judul Ziarahi Makam Kiai Sholeh Darat, Penggila Porkas Jadi Tobat dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini. Ziarahi Makam Kiai Sholeh Darat, Penggila Porkas Jadi Tobat. Kamu perlu sering belajar buat mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka memakai kabar terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Di masa orde yang baru, ketika rakyat dirusak moralnya oleh negara menggunakan ajang perjudian resmi bernama Porkas atau SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah), banyak sekali warga masyarakat yang selaku gila judi buatan Soeharto yang dikelola yayasan sang presiden kala itu. Sampai-sampai saat itu ada plesetan, SDSB seimbang Soeharto Dalang Segala Bencana.
Terutama wong cilik, banyak sekali yang rusak rumah tangganya karena edan bin gendheng pada SDSB. Setiap Rabu malam orang-orang berkumpul di warung-warung penjual kupon SDSB. Mereka membeli kupon lalu mengisi tebakan nomor, lalu memantau berita hasil undian di RRI. Perangkat radio selaku perangkat luar biasa penting di warung kala itu. Bagi yang nomor tebakannya pas sesuai pengumuman, berhak mendapat hadiah uang.
Para penggila SDSB waktu itu dibuai mimpi dapat uang Rp 500 ribu jika bisa menebak dua nilai belakang, dapat Rp 1 juta jika bisa menebak tiga nilai urutan belakang, atau Rp 1 miliar jika menebak seluruh enam nilai yang diundi.
Keadaannya persis seperti yang digambarkan Rhoma Irama internal lagunya berjudul “Judi”. Banyak orang beriman jadi murtad karena melakukan perbutan syirik merayu kepada setan. Banyak orang waras jadi gila karena terbuai uang haram itu. Banyak orang kaya jadi melarat karena bangkrut dibuai mimpi.
Setiap ada orang gila ditanya nomor, setiap ada sesuatu yang gaib, dianggap mengandung petunjuk nomor yang mau keluar. Penggemar SDSB mendatangi kuburan wingit, mendatangi tempat-tempat angker, menebak apa saja yang berbau gaib, serta segala tingkah polah yang tak masuk akal serta merusak akidah.
Di Semarang kala itu, ada yang nekat mencoba mencari petunjuk nomor SDSB memakai mendatangi makam waliyullah. Datanglah ia ke makam KH Sholeh Darat di kompleks makam Bergota, Semarang. Mengetahui banyak orang berdoa di situ, si penggila Porkas ini pun datang malam hari berziarah. Namun tujuannya hanya satu, ingin mencari petunjuk nomor SDSB. Ingin “merayu” kepada penghuni makam.
Mungkin karena tujuannya sudah keliru, si orang ini mengalami nasib sial. Kala ia hendak masuk di kompleks makam Mbah Sholeh Darat, tiba-tiba ada seekor macan putih besar persis di depan pintu makam. Si macan mengaum luar biasa keras. “Harrhggghhmrr..”
Spontan ia gemetar ketakutan. Langsung lari terbirit-birit menjauhi macan. Salang tunjang ia kabur saking takutnya. Kakinya pun menabrak serta memperhatikan keras patok-patok kuburan. Banyak patok yang terbuat dari batu serta cor beton, maka kakinya pun babak bundas. Dia terjengkang jatuh memakai kaki berdarah-darah. Tulangnya sampai retak karenanya.
Segera ia ditolong orang-orang yang kebetulan hendak ziarah, dibawa ke rumah sakit Kariadi yang ada di belakang tembok kompleks makam. Peristiwa itu rupanya membuatnya kapok. Tobat dari kebiasaan membeli nomor SDSB. Dalam penyesalannya sambil merintih kesakitan, si penggila Porkas pun berikrar tak mau berjudi lagi selama-lamanya.
“Begitulah sang wali, sudah wafat saja masih bisa berdakwah. Membuat orang maksiat jadi tobat. Sedangkan kita ini, masih hidup saja tak mampu berdakwah. Jangankan mengajak orang lain menjauhi dosa, diri kita sendiri saja tiap hari berbuat dosa. Jangankan mengajak kebaikan, kita sendiri saja jarang atau tak pernah berbuat kebaikan,” tutur narasumber.* (Ichwan)
Cerita aku peroleh dari seputar orang tokoh di Semarang, terhitung dari para jamaah Masjid Kyai Sholeh Darat yang rutin mengaji kitab Mbah Sholeh tiap malam hari tertentu. Sanad cerita yang runtut aku dapatkan dari Pak Suprapto yang mengaku mendapat cerita dari gurunya, Kiai Masrur, dari gurunya, Kiai Ahmad, dari ayahnya, Kiai Sahli. Kiai Sahli seimbang murid Mbah Sholeh Darat. Semua nama-nama tersebut seimbang penduduk Semarang. via nu.or.id


Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top