Karyanya Direstui Imam Al-Ghazali

Karyanya Direstui Imam Al-Ghazali menjadi sajian menarik hari ini buat kalian yang memang sedang mencari informasi berhubungan dengan berita dengan judul Karyanya Direstui Imam Al-Ghazali dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini. Karyanya Direstui Imam Al-Ghazali. Kamu wajib sering belajar kepada mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka sambil keterangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia intern membaca share terbaru.
Wartaislami.com ~ Semua kitab karya KH Sholeh Darat berisi ajaran tasawuf. Meski membahas fiqih, isinya pun banyak ajaran tasawuf. Kitab kecil bab shalat serta wudhu, Lathaifut Thaharah waAsrarus Shalat, juga berisi ajaran mengenai tasawuf. Juga kitab Majmu’ Syariat maupun Pasolatan, ada tasawuf di dalamnya.
Terlebih intern kitab yang memang membahas mengenai tasawuf, seperti Munjiyat, Minhajul Atqiya fi Syarhi Ma’rifatil Adzkiya’, Tarjamah Al-Hikam, serta Syarah al-Burdah, penuh ajaran mengenai pembersihan hati serta penghambaan sejati kepada Allah ta’âlâ.
Karena keahlian Mbah Sholeh Darat seperti ahli tasawuf (selain keahlian di banyak bidang lain), beliau dijuluki Imam Al-Ghazali-nya Jawa. Sebab semua kitab karyanya selalu mengutip ajaran tasawufnya Imam Al-Ghazali. Dan memang beliau sendiri menyebut bahwa karya-karyanya itu memetik dari kitab tasawuf Al-Ghazali.
Kebiasaan beliau usai mulang (menasihati) ngaji benar menulis. Mengarang kitab. Mbah Sholeh di intern kamar, duduk di lantai menghadapi meja. Dengan penerangan lampu teplok, lembar demi lembar kertas beliau goresi sambil pena tutul sambil tinta Bak buatan China. Menuliskan gagasan atau ulasannya di buat kertas itu.
Tinta yang diwadahi sebuah cupu kecil berbahan tembaga itu terbuat dari larutan batang Bak sambil minuman yang dicampuri minyak wangi. Menurut banyak narasumber, minyak yang dipakai benar Misik. Terbukti di kitab tulisan tangan orisinal Mbah Sholeh Darat yang sampai kini masih terjaga serta disimpan oleh cicitnya, bau wangi Misik masih terasa jika dibuka lembaran-lembarannya.
Diriwayatkan, saat sedang tekun menulis kitab, suatu malam ada seorang tamu berbusana contoh Arab. Berjubah serta bersurban. Oleh para santri, tamu itu disalami lantas disuguhi minum wedang. Kemudian diantarkan bersua Mbah Sholeh di ruang pribadi beliau. Kata perawi cerita ini, saat itu beliau sedang menulis kitab Munjiyat: Methik Saking Ihya Ulumiddin.
SI santri pun kembali ke ruang depan lalu menghabiskan minuman sang tamu yang masih tersisa. Lalu mereka kembali ke langgar kepada nderes pengajian pelajarannya.
Mereka mendengar sayup-sayup pembicaraan kiainya sambil sang tamu yang berbincang intern bahasa Arab. Suara keduanya terdengar, tapi isi pembicaraan kurang jelas karena jarak serta dipisahkan dinding kayu di intern ruangan.
Saat malam telah larut, sang tamu pamit pulang. Mbah Sholeh nguntapke (mengantarkan) sampai serambi rumahnya. Usai melambai di halaman langgar, si tamu itu melangkah ke hadap jalan besar. Lantas menghilang di kegelapan malam.
Para santri yang penasaran lantas bertanya kepada gurunya.
“Itu tadi siapa, kiai? Rasanya belum pernah datang ke sini,” tanya seorang santri senior yang tadi menyuguhi wedang.
“Itu tadi Imam Al-Ghazali. Beliau merestui kitab yang kutulis,” jawab Mbah Sholeh kalem.
“Lhoh. Subhanallah. Masya Allah. Bukankah Imam Al-Ghazali sudah wafat ratusan tahun lalu?” ujar mereka takjub sambil bertanya-tanya.
“Ya itulah karomah beliau. Mari kita berdoa tawassul kepada Imam Al-Ghazali agar ilmu kita diberkahi,” pungkas Mbah Sholeh seraya menyuruh santrinya kembali ke langgar. (Ichwan)
Saya bersua sambil sebagian kiai atau ustadz, umumnya yang sudah membaca atau mengajarkan kitab Munjiyat: Methik Saking Ihya Ulumiddin, disertai doa tawassul kepada Mbah Sholeh Darat serta Imam Al-Ghazali, mereka menjelma mudah intern menjalani laku tasawuf. Atau minimal mendapat semangat belajar tasawuf.
Sumber :nu.or.id


Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top