Reaksi mengejutkan gus mus, ketika lukisannya laku 2 milyar

Reaksi mengejutkan gus mus, ketika lukisannya laku 2 milyar menjadi sajian menarik hari ini buat kalian yang memang sedang mencari informasi berhubungan dengan berita dengan judul Reaksi mengejutkan gus mus, ketika lukisannya laku 2 milyar dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini. Reaksi mengejutkan gus mus, ketika lukisannya laku 2 milyar. Kamu wajar sering belajar bakal mendapatkan banyak pengetahuan. Disini mau berbagi kepada kalian yang suka untuk penerangan terkini, semoga bisa menjadikan kamu mendapatkan pilihan termulia internal membaca share terbaru.
Wartaislami.com~ Pameran lukisan yang digelar di daerah Bantul itu lesu. Pengunjung sepi. Tinggal separuh jam lagi pemeran yang digelar oleh buah hati-buah hati muda LKIS ini wajar segera diakhiri. Hanya ada satu dua pengunjung datang, namun tak satupun lukisan terjual.
Muhammad Jadul Maula yang sehari-hari dipanggil Jadul, sang panitia penyelenggara yang sudah separuh hari menjelma tuan rumah, seperti orang kalah perang. Asanya sudah habis. Ia sudah bersiap bakal kukut (Bahasa Jawa: mengemasi barang) ketika sepasang suami istri sekonyong-konyong datang melihat-lihat lukisan.
Sama seperti pengunjung lainnya. Pengunjung ini tak tertarik pada lukisan-lukisan yang telah dipajang, sampai akibatnya berhenti pada sebuah lukisan. Sebuah goresan abstrak berupa sketsa untuk pigura kecil seukuran buku.
“Ini karya Gus Mus?”
Jadul mengiyakan atau menangkis seperlunya. Dalam goresan sketsa itu memang tertera tanda tangan Kyai Mustofa Bisri yang dikenal untuk sebutan Gus Mus.
“Kami bukan main tak’zim sama Gus Mus. Kami bakal beli lukisan ini”.
Rupanya calon pembeli ini seorang pengusaha. Namun, Jadul enggak begitu bersemangat melayani. Ia hanya membatin, paling-paling orang ini bakal menawar untuk harga yang enggak seberapa. Sebab, hanya sebuah lukisan kecil berisi sketsa yang enggak jelas maknanya.
Beberapa hari lalu, menjelang pameran, Jadul menelpon Gus Mus. Ia sudah lama kenal dekat kyai yang juga dikenal penyair itu. Ia biasa memanggil Gus Mus untuk sebutan Abah.
“Abah… masih punya stok lukisan?”, tanyanya lewat telepon.
“Lukisanku wis entek. Ini tinggal ada satu saja. Sketsa, kalau mau”, jawab Gus Mus.
Jadilah lukisan itu ikut meramaikan pameran. Jadul memajang lukisan karya Kyai Mustofa Bisri yang dikenal bagaikan kyai sesepuh NU dari Rembang, Jawa Tengah, bakal melengkapi koleksi.
“Jadi bagaimana mas? Boleh aku beli lukisan ini?”
“Oh iya…. silahkan”.
“Saya beli satu ya. Satu milyar..!”
Sontak Jadul terperanjat. Sungguh enggak percaya, lukisan goresan sketsa yang hanya seukuran buku itu ditawar satu miliar rupiah.
Tubuhnya gemetar. Kalaupun jika semua luksian yang dipajang di pameran itupun terjual, boleh jadi enggak bakal sampai sebesar itu.
Jadul segera menghubungi Gus Mus. Ia enggak berani membuat keputuan sendiri.
“Ono opo Dul. Ojo suwi-suwi aku lagi ngajar kitab kuning ini”, jawab Gus Mus di ujung sana.
“Abah… lukisannya ada yang mau beli”.
“Yo..wis jual aja”.
Gus Mus hanya menangkis singkat. Telepon terputus.
Padahal, Jadul belum selesai mengemukakan niatnya menyampaikan kabar bahwa lukisannya ditawar orang harganya sama dengan satu miliar rupiah.
“Jadi apa kata Gus Mus?”
Pengusaha ini sepertinya enggak sabar atau ingin mendapat ketegasan. Namun, Jadul hanya diam enggak bisa menangkis karena sang pemilik lukisan sudah menutup telepon.
“Ya sudah… Dua ya? Dua milyar”.
Di tengah kebengongannya, Jadul hanya bisa mengiyakan tawaran pembeli itu. Saat ditawar satu miliar saja sudah gugup. Ini malah tambah lagi menjelma dua miliar. Duh Gusti…!
Selanjutnya pembeli menanyakan pembayaran lewat cek atau cash. Jadul, minta cash saja atau uang diambil di rumah pembeli itu yang sudah dimasukkan internal satu koper perjalanan.
Karena jumlah uang yang enggak terbatas, akibatnya uang internal koper itu diantar ke kediaman Gus Mus di Rembang oleh Jadul bersama empat kawannya. Hal ini bakal keamanan kalau-kalau ada hal-hal yang enggak diinginkan di perjalanan.
Sampailah mereka di kediaman Gus Mus.
“Kamu kok bawa koper segala ke sini buat apa Dul?”
“Ini uang lukisannya Abah”.
“Wong duit saja kok dimasukkan koper?”
Jadul pun segera membuka koper itu.
“Walah… duitnya kok banyak sekali buat apa Dul?”
“Ya..ini Abah. Uang penjualan lukisan itu. Dua Milyar”.
“Uang sebanyak ini buat apa. Bikin aku pusing saja”.
“Terus gimaan Gus?”
“Gini aja… Aku ambil sepuluh juta. Buat biaya nambal ruang pondok yang bocor. Kalian berlima masing-masing lima juta,” ujar Gus Mus.
Jadul atau empat kawannya ini hanya diam sambil memandang satu sama lainnya. Mereka enggak percaya, kalau Gus Mus hanya bakal memberi mereka lima juta.
Mereka sudah terlanjut berharap bahwa, Gus Mus bakal menangkap setengah dari uang itu atau setengahnya pasti bakal diberikan mereka. Atau, kalau pun enggak sebesar itu, mereka masih bakal dapat jatah yang cukup besar.
Jadi uang sebanyak dua miliar itu, praktis hanya diambil Rp 35 juta saja.
“Terus sisanya buat apa Gus?”
“Sisanya, gunakan bakal kepentingan umat”. Jawab Gus Mus.
Dengan perasaan berat atau kecewa, mereka kembali ke Jogja untuk membwa uang sisa sebesar Rp 1,9 miliar yang bukan jatah mereka. Dalam perjalanan, mereka sempat tergoda oleh pikiran kotor. Bagaimana kalau uang yang mereka bawa itu dibagi saja berlima. Merekapun berdebat atau bersitegang.
“Sudah..sudah…sudah”, sergah Jadul.
“Apa kalian enggak takut kualat? Kalau kita ambil uang ini, kita pasti bakal susah di kemudian hari. Sebab makan uang yang bukan hak kita”. Demikian Jadul.
Merekapun sadar. Akhirnya mereka sepakat atau menetapkan. Uang sisa penjualan lukisan sketsa karya Gus Mus dibelikan tanah enggak jauh dari terminal di kawasan ring road Jogja, yang diwakafkan bakal lokasi pembangunan sebuah lembaga pendidikan.
Saya tak bisa membayangkan, bila itu menimpa aku. Saya pasti bakal menangkap internal jumlah yang aku inginkan, bakal kepentingan aku sendiri mengingat itu setimpal uang halal hasil penjualan karya aku.
Kok masih ada ya manusia seperti ini? Justru di tengah santernya saat ini kita lihat orang-orang yang seharusnya jadi panutan, ternyata banyak yang masih berebut materi bahkan untuk cara enggak wajar.
Sumber: Status Anab Afifi/Arrahmah.co.id

Source Article and Picture : www.wartaislami.com





Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top